Korban Eufimisme


Penghalusan bahasa harusnya menjadikan kita nampak lebih santun dan beradab. Tapi yang buruk haruslah tetap nampak buruk agar ketahuan bedanya dengan yang baik. Yang hina haruslah tetap hina biar kita terjauh dari kehinaan.
Pelacur diperhalus jadi Pekerja Seks Komersial (PSK), kayak nama partai aja. Lalu yang melacur tanpa dikomersialkan apa dong namanya?. Akhirnya para pelacur betah melacur karena sebutannya keren sih. Jauh banget dari kesan hina.

Hutang disebut bantuan.
Rakyat mah manggut-manggut aja. "Kumaha juragan wae lah!.."
Kenaikan harga disebut penyesuaian,
Selingkuhan disebuat WIL atau PIL,
Dukun disebut paranormal malah sekarang mah lebih keren lagi sebutannya konsultan metafisika.

Tukang nilep duit rakyat alias maling sebutannya koruptor. Begini nih kalau bangga banget sama bahasa serapan. Maling aja sebutannya keren banget. Jadinya tuh maling bangga banget pake tuh sebutan. Nggak ada malu-malunya.
Ada pejabat yang jadi tersangka, anaknya malah sibuk bikin film tentang bapaknya yang koruptor.

Mungkin KPK mesti dirubah jadi KPPM (Komisi Pemberantas Para Maling), biar rakyat di pelosok negeri lebih mengerti. Dan para calon pelaku juga akan mikir-mikir kalau akan melakukan korupsi. Itu juga kalau mereka pada punya otak.
Jadi kalau begitu sebutan apa dong yang pantas??!!

Comments

Anonymous said…
Koruptor sekarang sih, mau dibilang maling, pencuri, garong, rampok, kayaknya gak peduli tuh.
Anonymous said…
heuehuehue..ada tambahan, untuk Istri kedua dari suami poligami sebutan tsb harusnya Wanita perebut suami orang. emoh aku di poligamiin wEee!
absurd! absurd! absurd gituloh
Anonymous said…
Setuju Kang.. husus koruptor ganti aja dengan maling atau garong. Ngarah puas mah sebat bae BANGSAAATT... Teras garebugan, ulang ngan warani teh ngagebugan bangsat hayam wungkul...

Popular posts from this blog

Met Ultah Jakarta

Semua Tentang Empat

Belajar dari Kisah Tragis Nisza Ismail dan Wang Yue