Tiphus, Tikus dan Perselingkuhan...

Alhamdulillah udah sehat lagi. Nulis lagi ah...
Kena tipes ada sisi positifnya juga, jadi bisa istirahat di rumah, bisa maen sama anak yg mulai bawel. Walau badan sedikit lemess.

Hmmm nulis apa ya?...akhir-akhir ini kayaknya yang nampak hanya cerita kepiluan saja di mana-mana.
Kecelakaan kereta yg beruntun di St. Gubug Purwodadi disusul KRL Pakuan yg menghantam metromini di Kalibata bikin miris saja.( jadi inget dulu. Kalo pulang dari kampus naek KRL biar murah.Turun di satsiun Kalibata, soalnya kost-kostan dulu
di daerah Tebet dekat Kalibata situ). Rasa-rasanya manajemen PT.KAI tidak pernah belajar dari pengalaman.
Setelah keterlambatan jadi budaya...masa kecelakaan dijadikan budaya??... Pliss dehhh....

Atau ikut deg-degan ngikutin gonjang-ganjingnya rumah tangga Gusti Randa-Nia paramitha yang dikaitkan
dengan pimpinan partai politik?. Ahhh...cukup lah itu kerjaan wartawan infotainment. hehe..

Ahhh... yg seru mendingin ngomongin Bola Liga Champhions Eropa yg telah memasuki Babak Semifinal. (Kalo ngomongin Sepakbola Nasional, berantem mulu sihh).
Awan Diga Aristo (salah satu tokoh penting di blogger) tentunya lagi bersuka cita, soalnya tim kesayangannya
Barcelona berhasil mengalahkan tim kesayanganku AC Milan 1-0. Hehehee...

Atau Sssttt...mendingan ngomongin gaji aja...
Lho kok gaji sih?!. Iya gaji?... Indonesia memang hebat lho!. Gaji pejabat pemerintahan tertinggi dipegang Gubernur BI sebesar Rp.141.321 juta perbulan. Apabila bandingkan dengan gaji PNS terendah yang hanya Rp.575 ribu perbulan. Berarti gaji tertinggi pejabat Tak kurang dari 245 kalinya pegawai rendahan.
Padahal di Amrik sana saja, gaji pejabat yg paling besar dengan Pegawai rendahan itu hanya 1:20, di Inggris 1:15,di Swiss malah hanya 1:10. Indonesia dulu konon katanya pernah di era Soekarno, gaji presiden dengan pegawai rendahan itu 1 berbanding 20.

Lucunya nih, pemerintah belum punya aturan baku mengenai standarisasi gaji pejabat pemerintah ini.
Maka sudah bukan hal yg aneh lagi apabila masalah gaji ini oleh Legislatif dijadikan alat tawar menawar serta senjata buat jual beli kebijakan dengan eksekutif.

"...Tikus-tikus tak pernah kenyang, rakus-rakus bukan kepalang...." begitu kata Bang Iwan Fals dalam salah satu lagunya.

Mereka bersuka ria, malah dengan alasan untuk memancing 'libido' para investor asing supaya menanamkan sahamnya di dalam negeri, serta dengan dalih agar gairah dunia
usaha kembali menggelora, Nasib kaum buruh pun dilucuti hak-haknya. (baru rancangan sih, memang...)

Ngerinya kebijakan itu diambil sebenarnya bukan semata untuk menggairahkan dunia usaha, tapi terjadi perselingkuhan antara pemerintah
dengan pengusaha yg notabene banyak menduduki jabatan elit di pemerintahan.... (Ssstt...nggak boleh berburuk sangka ahh! kita saksikan saja)

Komunis begitu dibenci malah dianggap bahaya laten. Bahkan simbolnya saja dianggap barang haram.Tapi lucunya hal-hal yg bisa memicu bangkitnya komunis seperti kemiskinan, ketidakadilan, penindasan terhadap kaum proletar makin deras saja.
Namanya begitu ditakutkan.... tapi bibit-bibit pemicunya dipelihara bahkan dipupuk hingga tumbuh suburr...

Comments

Popular posts from this blog

Met Ultah Jakarta

Semua Tentang Empat

Belajar dari Kisah Tragis Nisza Ismail dan Wang Yue