(Ketika kita) enggan bercermin...

Akhir-akhir ini gerimis Januari tak lagi akrab mengawali hari.
Mungkin kali ini langit pun mulai bosan menangiskan hujan.
Karena hari-hari di bumi tempat kita berpijak telah kadung basah dengan airmata.
Gerah di tanah sini, namun air bah melimpah ruah di ujung sana.
Lho! Bukankah hujan yang tercurah seharusnya menjadi Rahmat?. Karena dengan hujan itu, Dia hendak menumbuhkan tanaman dan buah-buahan sebagai rezeki bagi makhluk-Nya.Lalu manakala hujan yg turun berubah menjadi petaka, apakakah Tuhan salah setting-an?.
Ataukah berbagai bencana yang terjadi adalah bentuk kasih sayang Tuhan mencoba mereparasi atau meng-upgrade settingan hidup kita yang sudah error.
Kenapa di negeri makmur,gemah ripah lohjinawi tapi untuk makan saja susah.Berarti ini ada yg salah!.Ah tapi dalam belitan kebimbangan dan kekalutanpun tetap saja kita pongah.Dalam kebingungan pun kita sudah enggan untuk bertanya.


Banjir, tanah longsor khan cuma karena hutan yg banyak digunduli saja,lain tidak.
Pesawat terbang jatuh, itu karena masalah cuaca yg buruk saja koq...
Kapal laut tenggelam, itu karena kelebihan muatan yg melampaui batas. Hanya itu saja titik!. Itu semua tak hubungannya dengan ketaatan kita atau kemurkaan Tuhan.

Tobat???...Edi Sud Rahmat Kartolo (Maksuddd lo!)
Jaka Sembung naik ojek. Aah capek deh !!!..

Ah, pantas saja.
jika saja Tuhan memandang perlu untuk men shutdown hidup kita dengan menjadikan negeri ini seperti negeri Saba.

Comments

Anonymous said…
ya.. intinya memang kita harus bercermin!!
dengan bercermin dan introspeksi diri.. mungkin situasi akan bisa membaik...
alam pun dengan sendirinya akan melihat perubahan yang terjadi.

semoga.

Popular posts from this blog

Met Ultah Jakarta

Semua Tentang Empat

Belajar dari Kisah Tragis Nisza Ismail dan Wang Yue