Dompet

Matahari Jakarta mulai menyengat.
Aku bergelantungan bercampur peluh di Metromini.
Berangkat ke kantor dengan tergesa.
Sarapan dan mengecup kening istriku kulewatkan.

Kuberdiri dekat pintu.
Meningkatkan kewaspadaan.
Nampak empat orang dengan tampang mencurigakan.
Kantorku sudah dekat. Aku bersiap untuk turun.

Deg... jantungku berdegup kencang .
Kuraba kantong belakangku kosong.
Aku menoleh ke belakang. Orang yang tadi kuperhatikan
mencurigakan memasang mimik tidak bersalah.
Tanpa basa- basi kuhajar orang itu penuh kesal.
Darah segar mengucur dari hidungnya.
“Tidak Pak!. Saya bukan copet“, laki-laki itu mengaduh.


Kuputuskan untuk pulang cepat.
Uang cicilan rumah raib sudah..
Depan pintu, senyuman istriku menyambut.
“Sayang, ini dompetmu ketinggalan.!!!”


______________________________
*cerita 100 kata yang lain bisa dilihat di sini

Comments

Popular posts from this blog

Met Ultah Jakarta

Semua Tentang Empat

Belajar dari Kisah Tragis Nisza Ismail dan Wang Yue